Kisah Pohon Sagu: Orang Kipya Belajar Membuat Sagu

Oleh Denny Prabowo
Diterbitkan oleh Balai Pustaka, 2011


Pagi-pagi sekali orang Kipya sudah terbagun. Mereka tak sabar ingin segera belajar membuat sagu. Mereka membangunkan Miripu yang masih asik tertidur di dalam honai, rumah khas masyarakat Papua.

“Miripu, bangunlah,” teriak salah seorang dari mereka, “cepat ajari kami cara membuat sagu!”

Miripu keluar dari dalam honai. Matanya masih terlihat mengantuk. Berkali-kali ia menguap sambil mengucek-ngucek matanya.

“Ada apa?” Tanya Miripu sambil menguap.

“Kenapa kau tidur saja?” tanya gadis bertubuh gemuk, “Kapan mau ajari kami membuat sagu?”

Miripu masuk kedalam honainya. Tak berapa lama ia keluar lagi membawa beberapa potong sagu. “Ini makan dulu. Setelah itu baru kita mulai bekerja,” kata Miripu.

Orang-orang Kipya segera membagi-bagi potongan sagu itu. Mereka menyantap sagu itu dengan lahap. Setelah habis sagu dimakan, barulah Miripu mengajak mereka ke hutan sagu.

“Lihat pohon sagu yang sudah tua itu,” kata Miripu menunjuk pada sebatang pohon sagu, “coba kalian tebang pohon itu.”

Segera orang-orang Kipya menebang pohon sagu yang ditunjuk oleh Miripu. Tak butuh waktu lama, pohon itu sudah rebah di tanah. Miripu kemudian meminta mereka memotong-motong batang itu dan memisahkan dari kulitnya.

Kepada perempuan muda, Miripu memberi ipere atau pucuk pohon. Kepada perempuan setengah tua, Miripu memberi bagian batang yang tengah atau wangoca. Sedangkan perempuan tua memperoleh bagian yang paling besar dari pohon, yaitu bagian bawah atau mapare.

Miripu meminta laki-laki dan perempuan untuk bersama-sama memukul potongan sagu itu dengan pangkur. Pangkur yang mirip cangkul dengan ujung seperti tombak digunakan untuk membuat batang sagu itu menjadi serat-serat kecil.

Setelah itu mereka bersama-sama memeras batang pohon sagu yang telah dihaluskan itu. Mereka mengambil patinya. Selanjutnya, pati itu dijemur di tempat yang terkena sinar matahari sampai mengental dan mengeras.

Setelah mengeras, sagu itu dimasukkan ke dalam kerenjang-keranjang yang telah disiapkan. Sedangkan sisa-sisa sagu mereka simpan dalam karung. Begitulah cara membuat makanan sagu secara tradisi sejak dahulu.

Beberapa hari orang Kipya belajar membuat makanan sagu. Mereka mulai mahir melakukannya. Setelah sagu-sagu yang mereka kumpulkan cukup banyak, mereka memohon diri kepada Omaoma.

“Terima kasih atas kebaikan Omaoma kepada kami,” ujar salah seorang dari mereka.

“Kita sesamA orang Papua harus bantu, bukan,” kata Omaoma. “Miripu, kau antar orang-orang Kipya ini kembali ke desanya.”

“Baik, Oma,” ucap Miripu.

Bersamaan dengan itu, Miripu mengajak orang Kipya kembali ke kampung mereka. Orang-orang Kipya yang turut belajar membuat sagu senang sekali dengan pengetahuan baru mereka. Mereka tak sabar ingin segera menunjukkannya pada kepala dusun Kipya.

Share on Google Plus

About Denny Prabowo

Penulis, penyunting, penata letak, pedagang pakaian, dokumentator karya FLP, dan sederet identitas lain bisa dilekatkan kepadanya. Pernah bekerja sebagai Asisten Manajer Buku Sastra di Balai Pustaka. Pernah belajar di jurusan sastra Indonesia Unpak. Denny bisa dihubungi di e-mail sastradenny@gmail.com.

0 ulasan:

Catat Ulasan

Tinggalkan jejak sobat di sini