Papa dan Mama waktu muda |
Jika pertanyaan itu diajukan ke sepuluh orang cowok, tidak mustahil kamu akan mendapatkan jawaban sejumlah cowok yang kamu tanyakan itu. Seorang cowok penggemar sepak bola, tentu akan mengatakan pahlawan mereka David Backham, Ronaldo, Alessandro Del Pierro, Pele, Maradona atau pemain lainnya. Tapi coba tanyakan pada cowok penggemar otomotif siapa pahlawan mereka, jawabannya kalau tidak Valentino Rossi pasti Michael Shzumacer. Cowok penggemar musik beda lagi, pahlawan mereka bisa The Beatles, Rolling Stones, Kurt Cobain, Iwan Fals, Slank, atau bahkan Opick, tergantung pada selera musiknya.
Dalam sebuah esai bertajuk The Making of A Hero yang dimuat di majalah Time edisi 10 oktober 2005, Susilo Bambang Yudhoyono (SBY), membahas secara panjang lebar tentang kepahlawanan dan sosok seorang pahlawan. Menurut SBY dalam esai itu, setiap masyarakat membutuhkan pahlawan, dan masyarakat itu sendiri sesungguhnya memiliki pahlawan.
Membicarakan sosok pahlawan sesungguhnya tak bisa dipilah berdasarkan gender. Saya sendiri menganggap RA. Kartini sebagai pahlawan karena buah pikirannya dalam Habis Gelap Terbitlah Terang berhasil menggerakkan para cewek dan menyadarkan para cowok untuk tak lagi menempatkan wanita hanya sebagai objek, tapi juga pelaku sejarah. Selain RA. Kartini masih ada Cut Nyak Dien dan Martina Marta Tiahahu, yang tak sekedar berjuang lewat kata, tapi terjun langsung ke medan laga memerangi kezaliman para penjajah.
Di jaman Rasulullah saw. kita mengenal Sawdah binti Zam’ah r.a., seorang janda yang dinikahi oleh Rasulullah saw. karena mengingat jerih payah yang dilakukannya ketika hijrah ke Abyssinia, meninggalkan rumah dan kekayaannya, melintasi padang pasir dan lautan menuju tanah tak dikenal karena berkeinginan untuk melayani agama Allah. Perjuangan Sawdah untuk melayani agama Allah Swt itu merupakan tidakan kepahlawanan.
Apa dan siapa sesungguhnya pahlawan itu?
"Heroes are selfless peoples who perform extraordinary acts. The mark of heroes is not necessarily the result of their action, but what they are willing to do for other and for their chosen cause. Even if they fail, their determination lives on for others to follow. Their glory lies not in the achievement, but in the sacrifice." (Susilo Bambang Yudhoyono, Time, 10 Oktober 2005, hal 58).
Jika diterjemahkan secara bebas pernyataan tersebut bermakna: Pahlawan adalah orang (biasa) yang tidak egois dan berbuat sesuatu yang luar biasa. Penghormatan kepada pahlawan tidak harus selalu dilihat hasilnya. Bahkan jika gagal sekalipun, kemauan kerasnya untuk berbuat sesuatu untuk orang lain akan terus dikenang. Jadi, kebesaran seorang pahlawan tidak diukur dari hasil yang dicapai, melainkan kesediaannya berkorban untuk sesamanya.
Perpegang dari pendapat SBY ini, maka begitu banyak pahlawan yang telah meninggalkan jejaknya dalam kehidupan kita. Dalam dunia tulis menulis, kita mengenal seorang Gola Gong. Kepeduliannya pada pendidikan masyarakat kecil, membuatnya menggagas Rumah Dunia, sebuah perpustakaan yang menjadi pusat pendidikan di tengah perkampungan, di Serang. Atau Helvi Tiana Rosa yang dengan kereta Forum Lingkar Penanya, mendirikan Rumah Cahaya, kependekan dari Rumah Baca dan Hasilkan Karya di beberapa daerah seperti Depok, Penjaringan, Pekalongan, Bandung, Aceh, dan masih banyak lagi.
Dalam buku Seratus Tokoh yang Paling Berpengaruh dalam Sejarah, Michael H. Hart menempatkan Rasulullah Muhammad saw. pada urutan teratas. Apa yang dilakukan oleh Muhammad saw sepanjang hidupnya sungguh-sungguh meninggalkan jejak berupa peradapan Islam yang masih bisa terus kita nikmati hingga saat ini. Dia bukan hanya seorang amirul mukminin, melainkan juga seorang panglima perang yang disegani oleh musuh-musuhnya. Merujuk makna pahlawan yang dikemukakan oleh SBY, sepatutnyalah kita menempatkan Rasulullah Muhammad saw sebagai pahlawan paling utama, sebab yang dilakukannya memiliki dampak serta manfaat paling luas dalam sejarah kehidupan manusia.
Namun demikian, semua pahlawan—termasuk Rasulullah saw.—yang telah menorehkan jejaknya dalam lembar sejarah kehidupan manusia, terlahir dari sorang ibu. Sembilan bulan sembilan hari seorang ibu berjuang memenuhi asupan makanan bagi janin melalui tali plasenta. Seorang ibu rela menggadaikan hidupnya demi melahirkan kita. Setelah lahir, ia melimpahkan cintanya lewat air susu. Adakah yang lebih patut dianggap pahlawan selain ibu?
Dan kami perintahkan kepada manusia (berbuat baik) kepada kedua orang ibu bapaknya; ibunya telah mengandungnya dalam keadaan lemah yang bertambah-tambah, dan menyapihnya dalam dua tahun. Bersyukurlah kepada-Ku dan kepada dua orang ibu bapakmua, hanya kepada-Ku-lah kembalimu. (Q.S. Lukman: 14). wallahua’lam bish-shawab.
Depok, 17 Oktober 2006
0 ulasan:
Catat Ulasan
Tinggalkan jejak sobat di sini