Oleh Denny Prabowo
(www.grit.com) |
Sebuah contoh mungkin akan memberikan gambaran bagaimana rumus yang dikemukakan Josip Novakovich bisa berhasil, seperti dalam cerpen Surat Buat Tuhan karya Gregorio Lopez y Fuantes.
Rumah itu—satu-satunya di seluruh lembah—bertengger di punggung sebuah bukit yang landai. Dari ketinggian tersebut, orang bisa melihat sungai dan, di samping kandang, ladang jagung yang ranum yang dipenuhi oleh bunga-bunga tanaman kacang merah yang selalu menjanjikan panen yang baik.
Paragraf awal ini memberikan kepada pembaca gambaran sebuah latar tempat. Paragraf berikut ini, memberikan kepada kita latar waktu.
Hal itu berlangsung cukup lama. Selama satu jam butiran-butiran air beku itu mendera rumah, kebun, lereng bukit, ladang jagung, dan lembah. Tak ada sehelai daun pun melekat pada pohon-pohon. Ladang kelihatan putih, seperti tertutupi oleh garam. Jagung mereka semuanya hancur. Bunga-bunga kacang pun telah terenggut dari tanamannya. Hati Lencho dipenuhi kepedihan. Ketika badai berlalu, ia berdiri di tengah ladang dan berkata kepada anak-anaknya.
“Serangan serangga pun masih menyisakan sesuatu… hujan es tadi tidak menyisakan apa-apa sama sekali: tahun ini kita tidak akan mempunyai jagung atau kacang…”
Dari latar tempat dan waktu seperti gambaran di atas, kita mendapatkan seorang tokoh bernama Lencho. Dari motif yang dimiliki tokoh Lencho, kita akan mendapatkan sebuah plot. Perhatikan paragraf berikut ini:
Lencho adalah seorang lelaki bertenaga kerbau, bekerja bagai hewan di ladang, tetapi tidak pandai menulis. Minggu berikutnya, di kala fajar, setelah meyakinkan diri bahwa roh pelindung itu sungguh-sungguh ada, ia pun menulis sepucuk surat yang akan dibawanya sendiri ke kota untuk diposkan.
Bukan sesuatu yang istimewa, selain sepucuk surat buat Tuhan.
”Tuhan,” tulisnya, ”kalau Engkau tak menolongku, maka aku dan keluargaku akan kelaparan tahun ini. Aku membutuhkan seratus peso agar bisa menanami ladangku kembali dan menyambung hidup sampai datangnya musim panen, karena badai itu...”
Dengan mengambil latar ladang jagung dan kacang pada saat terserang badai, Gregorio Lopez membangun plot sebagai berikut: Ladang jagung dan kacang siap panen milik Lencho rusak terserang badai salju. Lencho dan keluarganya terancam kelaparan. Untuk itu Lencho mengharap pertolongan Tuhan. Maka ia pun menulis surat untuk Tuhan dan mengantarkan surat itu ke kantor pos.
Pendekatan di atas bisa pula diungkapkan dengan rumus: latar + tokoh = plot. Dari hubungan tokoh dengan latarnya, atau dari konflik yang dialami tokoh dengan latarnya, kita bisa mendapatkan sebuah plot, atau paling tidak sebagian dari plot, atau sebuah titik dinamis untuk mulai menyusun sebuah cerita.
Bahkan sekalipun latar maupun tokoh tidak menciptakan sebuah plot, cerita kita harus tampak seakan-akan rumus ini berhasil sehingga tempat, orang, dan aksinya seakan-akan menyatu. kita bisa saja mengambil sebuah plot dari sebuah peristiwa dalam surat kabar. Namun tokoh yang terlibat dalam peristiwa itu harus memiliki motif yang cocok dengan kiprah mereka, dan motif ini berkaitan erat dengan lingkungannya.
Baca Cerpen:
0 ulasan:
Catat Ulasan
Tinggalkan jejak sobat di sini