Namanya Mbah Kusno. Usianya baru 40 tahun. Orang-orang memanggilnya Mbah bukan karena dia telah memiliki cucu, melainkan karena kemampuannya menyembuhkan orang sakit. Siapa pun yang berobat kepadanya pasti sembuh. Orang-orang menyebutnya sebagai orang sakti.
Tangan saya sakit, Mbah, kata seorang penumpang kereta suatu hari. Mbah Kusno memegang bagian yang sakit, lalu meniupnya. Tangan yang sakit itu sembuh! Kata Mbah Kusno, saya bisa menyembuhkan penyakit apa saja. Seorang lelaki menghampirinya, lalu memegang lengan kanan Mbah Kusno. Kata lelaki itu, kalau begitu Mbah bisa menyembuhkan tangan Mbah yang sakit ini? Belum sempat Mbah Kusno menjawab, kereta berhenti, lelaki itu turun di stasiun Bojonggede. Tangan kanan Mbah Kusno tidak bisa digerakkan!
Mbah Kusno berusaha membaca mantra-mantra, lalu meniupkan ke tangan kanannya. Namun, tangannya tetap tak bisa digerakkan. Tangan itu membesi. Ia mencoba lagi, membaca mantra yang lain. Sia-sia! Segala upayanya tak mendatangkan hasil. Mbah Kusno turun di stasiun Cilebut, lalu kembali ke stasiun Bojonggede. Namun, ia tidak menemukan lelaki itu di sana.
Begitulah ceritanya, kata Mbah Kusno kepada saya. Sudah sebulan Mbah Kusno mencari-cari lelaki yang memegang bahunya di stasiun Bojonggede, tapi tidak menemukannya. Orang-orang mulai meragukan kesaktiannya. Tolong beritahu aku, katanya kepada saya, kalau kamu bertemu lelaki itu.
Saya mengangguk. Mbah Kusno meninggalkan saya. Saya memandangi punggungnya yang kian menjauh. Sepertinya, Mbah Kusno tidak mengenali saya. Barangkali, matanya sudah rabun atau ingatannya mulai kabur.
Bunga, 1/4/2015
0 ulasan:
Catat Ulasan
Tinggalkan jejak sobat di sini