Perdebatan
imajinasi seperti mesin fotokopi, katamu
selalu berkhianat kepada rupa asali
segenap warna diterjemahkan hitam putih
dan penyair tak lebih mulia dari tukang kayu
imajinasi memang mesin fotokopi, katanya
menerjemahkan segenap warna jadi hitam putih
membangun dunia di secarik kertas putih
dunia baru yang segera mewujud rupa asali
depok, 16/03/2013
***
Usaha Mengenali Puisi
pembaca datang kepada puisi
aku ingin mengenalimu, katanya
puisi menyuruhnya menemui
penyair yang sedang mengorek kata
hingga ke putih sumsumnya
kenalkan aku kepada puisimu, katanya
tapi penyair itu malah bertanya: tidakkah
kaulihat kuburku di sisi puisiku?
pembaca baru saja hendak pergi ketika
penyair itu berkata: tapi aku akan ceritakan
riwayatku dan riwayat puisi itu
selesai riwayat diperdengarkan
pembaca kembali menemui puisi
aku belum cukup mengenalimu, katanya
puisi memberikannya sebuah cermin
lihatlah dunia, katanya, apakah kau
temukan aku dalam cermin itu
pembaca gembira menyaksikan
puisi merupa dalam dunia. Katanya,
tapi aku belum juga mengenalimu
puisi merebahkan tubuhnya pasrah
ambil pisaumu, katanya, cacah tubuhku
penuh ragu, pembaca mengambil pisau
dipotong kepala puisi dari tubuhnya
begitu seterusnya sampai bagian kaki
dipandangi tiap potongan tubuh puisi
tapi katanya, aku masih belum mengenalimu
seraya mengumpulkan potongan tubuhnya
puisi berkata, temui dirimu sendiri
pembaca segera masuk ke dalam dirinya
di dalam dirinya, ia bertemu puisi
apakah aku berguna untukmu, tanya puisi
pembaca tak berkata hanya merasa
menemukan dirinya setiap kali baca puisi
apakah kau sudah mengenaliku, kata puisi
dijawab pembaca, aku masih belum juga
mengenali dirimu. bagus, kata puisi, kau
sudah memahami diriku
Pulokambing, 19/03/2013
***
Mencari Puisi
aku mencari puisi di belantara kata
pada lembarlembar halaman buku
di perpustakaan dan penjual buku
tapi tak pernah ketemu
aku bertanya kepada pustakawan
siapa yang sudah meminjam puisi
dari halamanhalaman buku
dan ia tak pernah tahu
aku bertanya kepada penjaja buku
siapa telah lebih dulu membeli puisi
dari halamanhalaman buku
dan ia juga tak pernah tahu
kata mereka, buku hanya etalase
tempat puisi memamerkan kata
dia tidak tinggal di perpustakaan
apalagi di penjual buku
puisi hidup di keramaian
tempat orang bertukar kata
dan penyair memetiknya
sebelum merangkainya jadi puisi
depok, 23/03/2013
0 ulasan:
Catat Ulasan
Tinggalkan jejak sobat di sini