(http://www.thisiswhyimbroke.com) |
Ia
tumbuh bersama kota Depok. Sejak usia dua tahun, ia tinggal di kota itu. Waktu
itu, angkot masih berwarna kuning. Depok belum mengenal kemacetan. Margonda
belum punya pusat perbelanjaan. Setelah Depok tumbuh jadi kota sejuta mal, ia pindah
ke kota hujan bersama istri dan kedua anaknya. Ketika mendengar bom meledak di
toilet pusat perbelanjaan dekat Stasiun Depok Baru kemarin, ia memutuskan untuk
mengunjungi kota itu sepulang kerja.
Kereta berhenti
di Stasiun Depok Baru. Ia turun di stasiun itu. Dari peron 3, ia bisa melihat
pusat perbelanjaan itu. Waktu tinggal di Depok, ia suka ke tempat itu untuk
belanja atau sekadar main bersama kedua anaknya. Toilet yang meledak itu berada
di dekat tempat ia dan anak-anaknya biasa bermain.
Tidak sampai 10 menit, ia sudah berada di
pusat perbelanjaan itu. Ia masuk dari parkiran mobil, lalu naik satu lantai
sebelum sampai di lantai tempat toilet itu meledak. Lantai itu ramai
dikunjungi. Orang-orang mau menonton toilet yang meledak kemarin sore. Mereka
bergerombol di depan garis polisi. Ia ikut menggerombol di sana. Beberapa
polisi berjaga-jaga dengan senjata lengkap.
Karena
sering mengunjungi lantai itu, ia sering menggunakan toilet itu. Toilet itu
berada tak jauh dari tempat anak-anaknya biasa bermain. Suatu hari, ia pernah
tidak sengaja meninggalkan bungkusan miliknya di toilet itu. Ia tidak ingat isi
bungkusan itu, tapi ingat warna plastik pembungkusnya. Kalau tidak salah,
warnanya hitam. Ia baru merasa kehilangan bungkusan itu esok harinya saat di kantor.
“Baju pemberianku sudah kaupakai?” tanya atasannya di kantor. Aku meninggalkan
bungkusan pemberiannya di toilet pusat perbelanjaan di Depok, katanya. Saat
itulah, temannya berteriak, “Ada bom dalam kantong plastik hitam meledak di
Depok kemarin sore!”
Tiba-tiba,
seseorang berseragam satpam menuding ke arahku. “Itu dia pelakunya!” Ia merasa
pernah melihat orang itu entah kapan. Mendengar teriakan orang itu, polisi
langsung mengarahkan moncong senjatanya ke arahnya. Gerombolan di depan garis
polisi langsung buyar. Ia bergeming di tempatnya sambil mengangkat tangan. Ia
hanya merasa meninggalkan plastik hitam di toilet itu, mengapa mereka mau
menangkapnya? Sebentar kemudian, wajahnya tersiar luas di televisi.
bogorasri, 3/3/2015
Em...ikut menulis donggg...
BalasPadamboleh :)
Padam