Oleh Denny Prabawa
(okezone.com) |
Tawuran
pelajar kian marak akhir-akhir ini. Portar-portal berita ramai mengabarkan
peristiwa tawuran. Di Tebet, 25 siswa SMK Negeri 34 Jakarta diamankan oleh
polisi karena diduga hendak tawuran (Liputan6.com, 20/11/13). Di Bogor, pelajar
SMP berusia 15 tahun tewas akibat dibacok celurit oleh pelajar lainnya
(Tempo.co, 20/11/13). Pagi ini, belasan pelajar terlibat tawuran di sekitar
Pasar Rumput (detik.com, 21/11/13). Besok, berita tawuran pasti akan muncul
lagi, entah kapan akan menghilang. Agaknya, kita harus mengakrabi kata tawuran
karena telah mentradisi.
Dalam
Kamus Besar Bahasa Indonesia eidisi IV
(2008), kata tawuran merupakan
bentukan dari lema tawur dan sufiks -an. Baik tawur, maupun tawuran
merupakan nomina yang memiliki arti perkelahian
beramai-ramai; perkelahian massal. Berdasarkan pengartian kamus, tawuran adalah
perkelahian yang dilakukan oleh orang-orang dalam jumlah yang banyak.
Perkelahian
massal ini bukan hanya dilakukan oleh pelajar yang notabene remaja, melainkan
juga orang-orang dewasa. Aparat keamanan yang semestinya bertanggung jawab
menjaga keamanan, tak luput dari tawuran ini. Berita tawuran antara oknum
polisi dan tentara pun sering terjadi. Boleh jadi, ini merupakan indikasi bahwa
masyarakat kita guyup, sampai-sampai berkelahi pun harus bersama-sama.
Apa
yang menyebabkan tawuran?
Kata
ajar sepintas mirip dengan kata hajar. Hanya fonem /h/ saja yang
menyebabkan perbedaan di antara keduanya. Namun demikian, kata ajar memiliki makna yang berbeda dengan
kata hajar. Dalam KBBI, kata ajar adalah nomina yang memiliki pengertian petunjuk yang diberikan kepada orang supaya mengetahui (diturut).
Sementara itu, hajar merupakan kata
kerja yang mengandung arti (1) memukuli
dsb supaya jera; memukuli sebagai
hukuman; (2) membuat tidak berdaya.
Dari pengertian kamus tersebut, jelas bahwa keduanya tidak bersinonim meski
memiliki fonem yang hampir sama.
Dalam
pada itu, salah satu fungsi prefiks me-
adalah membentuk kata kerja. Kata ajar yang merupakan nomina, apabila dilekatkan
awalan me- akan berubah menjadi verba
mengajar. Menurut KBBI, kata mengajar memiliki tiga makna, (1) memberi pelajaran, (2) melatih,
dan (3) memarahi (menghukum, memukuli,
dsb) supaya jera.
Makna
nomor tiga yang diberikan KBBI untuk kata
mengajar ternyata memiliki arti yang
sama dengan kata hajar, yang apabila
dilekatkan awalan me- tetap memiliki
arti yang sama. Dengan demikian, mengajar
dan menghajar bersinonim.
Perkelahian
massal itu boleh jadi buah dari mengajar yang bersinonim dengan menghajar.
Siswa-siswa yang selama ini biasa diajar (baca: dihajar) di bangku sekolah,
berusaha mempraktikannya di luar jam sekolah. Bukan hanya itu, mereka juga
mengaplikasikannya dalam kehidupan nyata setelah mereka lulus sekolah menjadi polisi,
tentara, politisi, buruh, petani, sopir, dan berbagai profesi lainnya.
Jalan Bunga, 21 November 2013
0 ulasan:
Catat Ulasan
Tinggalkan jejak sobat di sini