Benny H. Hoed dan Hari Penandaan itu

Benny Hoed dan buku karyanya
Pagi ini, aku membaca kabar dari merpati yang diterbangkan Mahayana di lini masa facebooknya pukul 22.28. Rabu, 18 November 2015, sekitar pukul 16.00 malaikat maut menandai dirimu. Sejak detik itu, kau termaknai sebagai jasad tak bernyawa. Kabar dari Mahayana jadi penandanya. Pada hari yang sama, aku pun mendapat pemaknaan baru. Kau punya jasa untuk peristiwa itu.

Ya, hari itu adalah hari penandaan. Setelah empat tahun lamanya termaknai sebagai mahasiswa, wisuda hari itu jadi penanda bagi petanda baru yang akan melekat pada diriku: sarjana sastra. Aku bayangkan, ketika rektor dekan fakultasku yang juga lulusan dari universitas tempatmu mengajar memberikan tabung wisuda, malaikat maut sedang duduk di samping tubuhmu.

Kau punya andil dalam proses penandaanku. Di hadapan tiga dosen penguji, aku mempertahankan skripsiku yang berjudul "Ideologi dalam Novel Sitti Nubraya karya Marah Rusli: Analisis Narasi". Tentu saja, banyak sekali perkataanmu yang kukutip dalam skripsi itu karena aku membongkar narasi novel itu dengan semiotika. Rasanya, sesiapa di negeri ini tak ada yang akan menyangsikan kepakaranmu dalam bidang semiotika. 

Sebelum membaca Semiotika dan Dinamika Sosial Budaya, aku masih belum memahami perihal hubungan parole-langue dengan sintagma-paradigma. Penjelasanmu yang terbaca olehku sebagai nasihat seorang kakek bijak kepada cucunya menjadi pelita yang menerangi pikiranku. Istilah-istilah rumit yang melilit pikiranku mampu terurai setelah membaca bukumu yang mendampingi diriku selama menyusun skripsi itu.

Jika dirimu direlasikan dengan nyawa, kuburan, dan malaikat maut barangkali kau akan termaknai sebagai orang mati. Namun, kau akan tetap hidup jika orang-orang merelasikan dirimu dengan buku-buku yang kau tulis. Identitasmu sebagai ahli semiotika akan terus hidup di dalam kepala kami yang menyimpan perkataanmu dalam kepala kami.

Kelak, ketika aku telah setua dirimu, aku akan bercerita kepada cucu-cucuku. Ada seseorang bernama Benny H. Hoed yang berbicara dengan kakek mereka lewat buku-bukunya. Akan kusimpan bukumu untuk kuperlihatkan kepada cucu-cucuku. 

Selamat jalan, Prof! Semogga Allah memaknaimu sebagai penghunu surga-Nya. Amin.

Salam,
Denny Prabowo



Share on Google Plus

About Denny Prabowo

Penulis, penyunting, penata letak, pedagang pakaian, dokumentator karya FLP, dan sederet identitas lain bisa dilekatkan kepadanya. Pernah bekerja sebagai Asisten Manajer Buku Sastra di Balai Pustaka. Pernah belajar di jurusan sastra Indonesia Unpak. Denny bisa dihubungi di e-mail sastradenny@gmail.com.

0 ulasan:

Catat Ulasan

Tinggalkan jejak sobat di sini