Citraan dalam Puisi Penyair Beken

Ilustrasi (http://psychologia.co)
Kamu pasti sering mendengar istilah pencitraan, kan? Biasanya, saat mau pemilu, kata itu sering seliweran di telinga kita. Pencitraan berasal dari kata dasar citra yang artinya gambar. Dalam sastra, citra berarti kesan mental atau bayangan yang ditimbulkan oleh kata, frasa, atau kalimat dalam kognisi manusia. Gampangnya begini deh, kalau kamu dengar kata “kereta”, gambar kereta itu langsung muncul di dalam pikiranmu. Nah, gambaran kereta yang mucul di pikiran itu disebut citra. Jadi, pencitraan adalah proses pembentukan citra, sedangkan citraan adalah cara membentuk citra.

Citra merupakan sarana puitik yang sering dipakai penulis puisi dan prosa, nih. Sebagai penulis, kamu perlu mengenal jenis-jenis citraan, biar tulisanmu makin oke. Saya akan manyajikan 6 citra yang biasa dipakai penulis dalam karya-karyanya.

Citraan Penglihatan (Visual Imagery)

Citraan penglihatan berhubungan dengan indra mata yang berfungsi untuk melihat. Untuk membentuk citra penglihatan di dalam pikiran pembaca, kamu bisa menggunakan kata-kata benda kongkret, misalnya batu, perahu, rumah, tiang, kolam, dll.

Malam Lebaran

bulandi atas kuburan
(karya Sitor Situmorang)

Seluruh larik puisi di atas hanya menampilkan citra penglihatan saja melalui kata bulan di larik pertama dan frasa di atas kuburan di larik kedua.

Citraan Pendengaran (Auditory Imagery)

Citraan pendengaran berhubungan dengan indra telinga. Citra pendengaran bisa dibentuk melalui kata-kata yang menimbulkan kesan suara, seperti ha, kukuruyuk, telinga, kerosak, keretek, suit, dll.

Dalam Sakit

waktu lonceng berbunyipercakapan merendah, kita kembali menanti-nantikau berbisik: siapa lagi akan tibasiapa lagi menjemputmu berangkat berdukadi ruangan ini kita gaib dalam gema. Di luar malam harimengendap, kekal dalam rahasiakita pun setia memulai percakapan kembaliseakan abadi, menanti-nanti lonceng berbunyi
(karya Sapardi Djoko Damono)

Citra pendengaran dalam puisi terbentuk oleh kata-kata lonceng berbunyi, percakapan, berbisik, dan gema.

Citraan Perabaan (Tectile Imagery)

Citraan perabaan berhubungan dengan indra perabaan. Citra perabaan bisa dibentuk dengan cara menampilkan kata-kata yang menimbulkan kesan sentuhan atau perabaan, seperti kata halus, lembut, cakar, garuk, dll.

Mantera

lima percik mawartujuh sayap merpatisesayat langit perihdicabik puncak gunungsebelas duri sepidalam dupa rupatiga menyan lukamangasapi dukapuah!
kau jadi KauKasihku
(karya Sutardji Calzoem Bachri)

Citra perabaan dalam puisi di atas terdapat dalam larik pertama, ketiga, keempat, dan kelima. Kata-kata yang membentuk citra perabaan adalah percik, sesayat, perih, dicabik, dan duri.

Citraan Penciuman (Olfactory Imagery)

Citraan penciuman berhubungan dengan indra penciuman, yakni hidung. Kamu bisa membentuk citra ini melalui kata-kata yang dapat menimbulkan kesan bau, seperti comberan, amis, bacin, dll.

Air Selokan

“Air yang di selokan itu mengalir dari rumah sakit,” katamu pada suatu hari minggu pagi. Waktu itu kau berjalanjalan bersama istrimu yang sedang mengandung
— ia hampir muntah karena bau sengit itu.
Dulu di selokan itu mengalir pula air yang digunakan untuk memandikanmu waktu kau lahir: campur darah dan amis baunya. Kabarnya tadi sore mereka sibuk memandikan mayat di kamar mati.
Senja ini ketika dua orang anak sedang berak di tepi selokan itu, salah seorang tiba-tiba berdiri dan menuding sesuatu:
“Hore, ada nyawa lagi terapung-apung di air itu — alangkah indahnya!”
Tapi kau tak mungkin lagi menyaksikan yang berkilau-kilauan hanyut di permukaan air yang anyir baunya itu, sayang sekali.
(karya Sapardi Djoko Damono)

Citra penciuman dalam puisi di atas dibentuk oleh kata-kata, seperti selokan, muntah, bau sengit, darah, amis baunya, berak, dan anyir baunya.

Citraan Pengecapan (Gustatory Imagery)

Citra pengecapan berhubungan dengan indra mulut dan lidah. Kamu bisa membentuk citra pengecapan dengan kata-kata yang memiliki rasa, seperti pedas, pahit, manis, asin, asam, gurih, sedap, jilat, teguk, minum, dll.

Surat Kopi

Lima menit menjelang minum kopi,aku ingat pesanmu: “Kurang atau lebih,setiap rezeki perlu dirayakan dengan secangkir kopi.”
Mungkin karena itu empat cangkir kopi seharibisa menjauhkan kepala dari bunuh diri.
Kau punya bermacam-macam kopidan kau pernah bertanya: “Kau mau pilihkopi yang mana?” Aku jawab: “Aku pilih kopimu.”
Di mataku telah lahir mata kopi.Di waktu kecil aku pernah diberi Ibu cium rasa kopi.Apakah puting susu juga mengandung kopi?
Kopi: nama yang tertera pada sebuah nama. Namaku.
Burung menumpahkan kicaunya ke dalam kopi.Matahari mencurahkan matanya ke hitam kopi.Dan kopi meruapkan harum darah dari lambungmu.
Tiga teguk yang akan datang aku bakalmencecap hangat darahmu di bibir cangkir kopiku.
(karya Joko Pinurbo)

Citra pengecapan dalam puisi Jokpin di atas dibentuk oleh kata-kata yang menimbulkan rasa di mulut, seperti minum kopi, cium rasa kopi, teguk, dan mencecap.

Citraan Gerak (Kinaesthetic Imagery)

Citra gerak atau citra kinestetik berhubungan dengan indra mata sebagaimana citra penglihatan. Namun, kesan mental atau bayangan yang ditimbulkannya bergerak atau seolah-olah bergerak. Kamu bisa mengahdirkan citra kinestetik dengan menggunakan kata-kata, seperti maju, mundur, lompat, terjun, berenang, memukul, dll.

Sebuah kolam tua
Seekor katak lompat
Plung!

(karya Matsuo Basho)

Haiku memang dikenal sebagai puisi pendek yang menampilkan kualitas citraan yang sangat kuat. Dalam puisi di atas, citra gerak terbentuk oleh kalimat seekor katak lompat.

Begitulah 6 citraan yang perlu kamu tahu. Sekarang, kamu bisa mencobanya saat menulis prosa atau puisi. Selamat mencoba!
Share on Google Plus

About Denny Prabowo

Penulis, penyunting, penata letak, pedagang pakaian, dokumentator karya FLP, dan sederet identitas lain bisa dilekatkan kepadanya. Pernah bekerja sebagai Asisten Manajer Buku Sastra di Balai Pustaka. Pernah belajar di jurusan sastra Indonesia Unpak. Denny bisa dihubungi di e-mail sastradenny@gmail.com.

0 ulasan:

Catat Ulasan

Tinggalkan jejak sobat di sini