Kisah Pohon Sagu: Hukuman untuk Anak Lelaki Miripu

Oleh Denny Prabowo
diterbitkan oleh Balai Pustaka, 2011



Sepanjang malam Kepala Suku memikirkan hukuman bagi anak lelaki Miripu. Pagi harinya ia pergi keluar menemui warganya. Miripu dan anak lelakinya juga turut hadir di sana. Pagi ini hukuman atas pelanggaran adat Kipya akan diputuskan.

Semua yang hadir di sana diam. Suasanya menjadi hening. Kepala Suku lengkap dengan pakaian adatnya, berdiri di hadapan mereka.

“Sudaraku semuanya,” ujar Kepala Suku membuka pembicaraannya, “semalam saya menunggu petunjuk dari Yang Kuasa. Permasalahan ini bukan hal yang mudah. Anak lelaki Miripu telah melanggar adat yang telah ditetapkan sejak zaman nenek moyang kita. Namun, biar bagaimana pun, kita tak boleh melupakan jasa-jasa Miripu.”

Semua yang hadir di tempat itu berusaha mendengarkan perkataan Kepala Suku dengan serius. Tak ada suara yang keluar dari mulut mereka.

“Kesalahan yang dilakukan oleh anak lelaki Miripu,” lanjut Kepala Suku, “tak lepas dari kesalahan orang tuanya juga. Sudah semestinya, Miripu dengan istrinya mengajari adat Kipya kepada anak mereka.”

Warga yang hadir mengangguk-angguk. Mereka seperti setuju dengan perkataan Kepala Suku mereka.

“Jadi, saya memutuskan,” kata Kepala Suku, “Miripu beserta istri dan anak lelaki mereka untuk meninggalkan Kipya. Mereka tidak diperbolehkan datang lagi ke tempat ini. Aku tahu ini berat bagi mereka, tapi itulah keputusan terbaik yang dapat saya berikan dengan mempertimbangkan jasa-jasa Miripu bagi orang-orang Kipya.”

Setelah mendengar keputusan Kepala Suku, warga Kipya satu persatu meninggalkan tempat pertemuan. Tak ada satu pun yang merasa keberatan. Begitu pula denga Miripu dan istrinya.

“Miripu,” tegur Kepala Suku, “sebelum matahari tenggelam, kau beserta seluruh keluargamu harus meninggalkan tempat ini.”

“Baik, Bapak,” jawab Miripu, “kami dapat menerima keputusan Bapak.”

“Terima kasih atas jasa-jasa yang telah kamu berikan bagi orang-orang Kipya,” kata Kepala Suku, “sampai kapan pun kami tak akan melupakan jasa baikmu.”

Begitulah. Sebelum matahari tenggelam, Miripu bereserta seluruh keluarganya meninggalkan dusun Kipya.

<<< Cerita Sebelumnya - Cerita Selanjutnya >>>
Share on Google Plus

About Denny Prabowo

Penulis, penyunting, penata letak, pedagang pakaian, dokumentator karya FLP, dan sederet identitas lain bisa dilekatkan kepadanya. Pernah bekerja sebagai Asisten Manajer Buku Sastra di Balai Pustaka. Pernah belajar di jurusan sastra Indonesia Unpak. Denny bisa dihubungi di e-mail sastradenny@gmail.com.

0 ulasan:

Catat Ulasan

Tinggalkan jejak sobat di sini