Pohon Sagu di Tengah Hutan

Oleh Denny Prabowo
Diterbitkan oleh Balai Pustaka, 2011



“Apa yang terjadi Miripu?” tanya Omaoma seolah mengetahui ada sesuatu yang telah terjadi dengan warganya.

“Anak lelaki saya, Oma,” kata Miripu dengan suara berat.

“Ada apa dengan anak lelakimu, Miripu?” tanya Omaoma lagi, “Apa yang sudah dilakukannya hingga kalian kembali ke Nariki lebih cepat?”

“Anak lelaki saya melanggar adat Kipya, Omaoma,” terang Miripu, “ia mengajak gadis-gadis Kipya tanpa sepengetahuan orang tuanya. Mereka pergi mencari cacing laut.”

Omaoma tampak terkejut mendengar penjelasan Miripu. Sebagai seorang wanita, tentu ia juga merasa malu dengan perbuatan anak lelaki Miripu.

Berita tentang pelanggaran adat yang dilakukan anak lelaki Miripu menyebar ke seantero dusun. Masyarakat Nariki merasa malu. Namun, mereka tak mengucilkan Miripu dan keluarganya. Setiap orang tentu pernah berbuat salah, dan Miripu beserta keluarganya sudah mendapat hukuman atas keslahan itu.

Rupanya, peristiwa itu benar-benar berdampak hebat bagi Omaoma. Sebagai pemimpin orang Nariki, ia merasa harus mempertanggungjawabkan kesalahan warganya.

Ketika malam telah larut, diam-diam Omaoma meninggalkan honainya. Ia masuk ke dalam hutan sagu. Tak ada seorang pun yang mengetahui kepergian Omaoma termasuk Pasay, adiknya.

Pagi hari, ketika Pasay hendak menghidangkan makanan untuk Omaoma, ia tak menemukan kakaknya itu. Pasay kemudian keluar. “Omaoma hilang! Omaoma hilang!”

Maka gemparlah masyarakat Nariki. Mereka berusaha mencari pemimpin mereka yang hilang. Tak ada seorang pun yang berhasil menemukannya.

“Sudah Mama mencari di honainya,” tanya salah seorang warga Nariki pada Pasay, “barangkali Omaoma meninggalkan pesan di suatu tempat.”

Pasay dan beberapa warga Nariki segera menuju honai Omaoma. Mereka mencari-cari petunjung dalam honai. Miripu bersama anaknya turut mencari.

“Lihat itu!” ucap Miripu menunjuk tulisan di dinding honai Omaoma. “Sepertinya itu pesan dari Omaoma.”

Tulisan itu berbunyi, “Ingat wahai anak cucuku. Jika kemudian hari kalian menebang pohon sagu, tinggalkanlah beberapa batang. Jangan ditebang semua. Carilah tempat lain, biarkan pohon sagu di tempat itu tumbuh kembali. Kalian tak akan kehabisan makanan.”

Pasay dan Miripu merasa bersedih atas kepergian Omaoma. Begitu juga dengan seluruh warga Nariki. Mereka percaya bahwa Omaoma pergi ke hutan sagu dan menjelma menjadi pohon sagu di sana.

Hingga hari ini, pesan Omaoma masih dijalankan oleh keturunannya. Begitulah kisah pohon sagu yang penuh hikmah.

Share on Google Plus

About Denny Prabowo

Penulis, penyunting, penata letak, pedagang pakaian, dokumentator karya FLP, dan sederet identitas lain bisa dilekatkan kepadanya. Pernah bekerja sebagai Asisten Manajer Buku Sastra di Balai Pustaka. Pernah belajar di jurusan sastra Indonesia Unpak. Denny bisa dihubungi di e-mail sastradenny@gmail.com.

0 ulasan:

Catat Ulasan

Tinggalkan jejak sobat di sini