Setiap malam, Pak RT memunguti kerikil-kerikil dari lintasan kereta menggunakan ember plastik. Kerikil-kerikil yang ia kumpulkan semakin lama menggunung di pekarangan rumahnya. Warga semakin yakin, gang-gang becek di lingkungan mereka akan segera teratasi. Proyek perbaikan jalan akan segera dilaksanakan. Tumpukan kerikil itu jadi penandanya.
Suatu malam, saat Pak RT tengah memunguti kerikil di lintasan kereta, salah seorang warga memergokinya. Buat apa, Pak? Tanya warga itu. Pak RT menjawab ringan saja, proyek perbaikan jalan. Buat apa iuran perbaikan jalan jika Pak RT mencuri materialnya dari lintasan kereta?
Desas-desus berembus dari mulut ke mulut. Warga menuding Pak RT korupsi iuran perbaikan jalan. Laporkan saja kepada KPK! Usul seorang warga. Sebaiknya, kata warga lainnya, dibawa ke kantor polisi saja. Tiba-tiba, seseorang entah siapa, berteriak, "Arak keliling kampung!"
Teriakan itu seperti sebuah ajakan yang menyebar dari mulut ke mulut. Tiba-tiba saja, warga sudah berkumpul di depan rumah Pak RT sambil berteriak-teriak, "Arak! Koruptor! Arak! Koruptor!" Bu RT dan kedua anaknya merasa ketakutan. Pak RT muncul dari belakang kerumunan sambil membawa ember berisi kerikil. mereka segera meringkusnya seperti meringkus begal, lalu mengaraknya keliling kampung. "Bakar! Koruptor! Bakar! Koruptor!" teriak warga sambil mengarak Pak RT ke tanah lapang.
Sebelum mereka menghakimi Pak RT, polisi yang ditelepon Bu RT keburu datang mengamankan Pak RT dan keluarganya beserta barang bukti berupa buku catatan iuran perbaikan jalan. Di buku itu, baru satu nama yang telah membayar iuran, Sarimin bin Sariman. Orang-orang biasa memanggilnya Pak RT.
Suatu malam, saat Pak RT tengah memunguti kerikil di lintasan kereta, salah seorang warga memergokinya. Buat apa, Pak? Tanya warga itu. Pak RT menjawab ringan saja, proyek perbaikan jalan. Buat apa iuran perbaikan jalan jika Pak RT mencuri materialnya dari lintasan kereta?
Desas-desus berembus dari mulut ke mulut. Warga menuding Pak RT korupsi iuran perbaikan jalan. Laporkan saja kepada KPK! Usul seorang warga. Sebaiknya, kata warga lainnya, dibawa ke kantor polisi saja. Tiba-tiba, seseorang entah siapa, berteriak, "Arak keliling kampung!"
Teriakan itu seperti sebuah ajakan yang menyebar dari mulut ke mulut. Tiba-tiba saja, warga sudah berkumpul di depan rumah Pak RT sambil berteriak-teriak, "Arak! Koruptor! Arak! Koruptor!" Bu RT dan kedua anaknya merasa ketakutan. Pak RT muncul dari belakang kerumunan sambil membawa ember berisi kerikil. mereka segera meringkusnya seperti meringkus begal, lalu mengaraknya keliling kampung. "Bakar! Koruptor! Bakar! Koruptor!" teriak warga sambil mengarak Pak RT ke tanah lapang.
Sebelum mereka menghakimi Pak RT, polisi yang ditelepon Bu RT keburu datang mengamankan Pak RT dan keluarganya beserta barang bukti berupa buku catatan iuran perbaikan jalan. Di buku itu, baru satu nama yang telah membayar iuran, Sarimin bin Sariman. Orang-orang biasa memanggilnya Pak RT.
Bunga, 6/4/2015
0 ulasan:
Catat Ulasan
Tinggalkan jejak sobat di sini