(cbc.ca) |
Sukakah salah seorang di antara kamu memakan daging saudaranya yang sudah mati? Tentu kamu merasa jijik kepadanya …
(QS Al-Hujurat: 12).
Aku tidak sedang berbicara tentang Sumanto—lelaki asal Purbalingga yang memakan bangkai manusia. Namun, aku berbicara tentang Homo Kanibalikensis: manusia pemakan daging saudaranya yang sudah mati.
Ya, jika Sumanto memakan bangkai karena tujuan mencari ilmu hitam, Homo Kanibalikensis memakan bangkai saudaranya sendiri karena kesenangan, sebagian lagi karena iri dengki.
Apakah kau pernah bertemu dengannya? Mustahil jika belum. Nyalakan saja televisi di waktu pagi, siang, atau sore hari. Homo Kanibalikensis paling gemar bangkai selebritas. Tak ada yang paling yummi dari memakan bangkai selebritas. Bukan cuma televisi, tempat mereka mencari bangkai manusia. Terkadang mereka memakan bangkai manusia di pasar, di kantor, di kampus, di sekolah, di dalam angkot, di rumah ibadah, dan di mana saja.
Homo Kanibalikensis hidup di sekitar kita. Kita mengenalnya dengan baik, hanya saja suka mengingkari keberadaanya. Homo Kanibalikensis hidup di dalam diriku, dirimu, dan manusia lainnya. Adakah manusia yang seumur hidupnya belum pernah membicarakan keburukan saudaranya sendiri di belakang saudaranya itu? Sebagian manusia mampu mengendalikan Homo Kanibalikensis di dalam dirinya. Apakah kita termasuk sebagian manusia itu? Aku meregukannya.
Maka, tak ada jalan lain, selain berusaha membunuh keberadaannya di dalam diri kita. Meski untuk itu kita harus siap untuk dimakan oleh saudara kita sendiri. Namun, kematian lebih indah daripada kita menjelma seutuhnya menjadi HOMO KANIBALIKENSIS.
Gunungsahari, 21/10/2008
0 ulasan:
Catat Ulasan
Tinggalkan jejak sobat di sini