Hujan dan Kenangan



Hujan selalu mengingatkanku kepadamu. Setiap rintiknya akan mengantarkan aku pada kenangan di stasiun itu. Saat kau berlari mengejar kereta seperti orang yang tengah mengejar mimpi. Saat kereta meninggalkanmu, kau merukuk sambil terengah, membiarkan hujan membasahi tubuhmu. Aku payungi dirimu. "Terima kasih," katamu, lalu kita terjebak dalam kebisuan sambil menunggu kereta berikutnya tiba.”

Hujan mempertemukan kita pada hari-hari yang lain dengan adegan yang kurang lebih sama, kereta meninggalkanmu dan aku memayungimu. Namun, kita tidak lagi terjebak dalam kebisuan. Kita menikmati percakapan di bawah payung itu sambil menunggu kereta berikutnya tiba. Saat musim hujan meninggalkan kota itu, kau menghilang begitu saja, meninggalkan kenangan yang menjejak dalam hatiku.

Berbulan-bulan kemudian, aku terus merawat kenangan itu dalam hatiku. Aku berusaha keras mengingat setiap kata yang keluar dari mulutmu, mengekalkan tiap adegan di bawah payung itu, menghadirkan sosokmu dalam ingatanku. Namun, waktu terus melekangkannya sampai aku tak mampu lagi mengingat bentuk matamu, bentuk hidungmu, bentuk bibirmu, bahkan suaramu. Hanya rintik hujan itu dan sosokmu saat berlari mengejar kereta itu masih tertinggal dalam ingatan.

Pagi ini, hujan pertama di bulan ini merinai di pelataran parkir stasiun itu. Aku memarkirkan motor, mengambil payung dalam tasku, dan melihat waktu di ponselku. Baru pukul 6.30. Biasanya, kau mengejar kereta di jalur dua pukul 7.00. Biasanya, aku menunggumu di peron stasiun sambil memainkan rinai hujan dengan payungku. Biasanya, kereta akan meninggalkanmu dan aku segera menghampirimu untuk memayungimu. Biasanya, kita akan segera terjebak dalam percakapan yang mengasyikan. Biasanya ….

Tiga puluh menit segera berlalu. Hujan masih merinai. Suara kereta di kejauhan. Petugas keamanan menghalau orang-orang yang hendak menyeberang di jalur dua. Rangkaian kereta bersiap masuk ke stasiun itu. Seseorang menepuk pundakku dari belakang.
Share on Google Plus

About Denny Prabowo

Penulis, penyunting, penata letak, pedagang pakaian, dokumentator karya FLP, dan sederet identitas lain bisa dilekatkan kepadanya. Pernah bekerja sebagai Asisten Manajer Buku Sastra di Balai Pustaka. Pernah belajar di jurusan sastra Indonesia Unpak. Denny bisa dihubungi di e-mail sastradenny@gmail.com.

0 ulasan:

Catat Ulasan

Tinggalkan jejak sobat di sini