dua tangan rayya |
Ayah pergi ke kantor, ibu mengurusi anak-anaknya. Suka tidak suka, mitos (baca: pesan ideologis) itu sangat mendominasi kesadaran masyarakat Indonesia.
Sejak hari pertama masuk rumah sakit ini sampai hari ini, orang-orang (kebanyakan wanita) yang melihat Rayya ditunggui ayahnya bertanya, "Di mana ibunya?"
Saya hampir berkesimpulan, seorang ayah menunggui anaknya yang sakit, apalagi anak perempuannya, tanpa didampingi ibunya adalah pemandangan yang aneh, berada di luar sistem kesadaran mereka. Jadi, ketika mereka melihat hal itu, kesadaran mereka segera mengonfirmasi hal itu melalui pertanyaan, "Di mana ibunya?"
Ayah seharusnya pergi ke kantor sehingga tiada termungkinkan menunggui anak perempuannya di rumah sakit sepanjang hari. Hampir kebanyakan pasien anak-anak di rumah sakit ini, ditunggui oleh ibunya, setidaknya anak-anak yang seruangan dengan Rayya. Ayah mereka hanya sekali waktu datang menjenguk, tentu saja karena ayah harus pergi ke kantor.
Hampir semua pertanyaan mereka saya jawab, "Ibunya mengurus bayinya, adik Rayya yang baru berusia 4 bulan."
Saya yakin, meski tidak memeriksa isi kepala penanya, jawaban saya sesuai dengan sistem kesadaran mereka sehingga mereka dapat memaklumi dan memahami kondisi tersebut.
Mungkin akan berbeda halnya jika saya menjawab, "Ibunya harus mengurusi dagangannya." Boleh jadi akan ada badai di kepala mereka jika kondisinya demikian. bagaimana mungkin ada ibu yang lebih memilih mengurusi dagangannya daripada anaknya yang sakit?
Saya tentu saja tidak dalam posisi menilai benar-salah atau baik-buruk kesadaran mereka yang didominasi mitos ayah ke kantor dan ibu mengurusi anaknya di rumah. Saya hanya tengah mendeskripsikan ideologi gender yang mendominasi masyarakat kita dan boleh jadi juga saya.
0 ulasan:
Catat Ulasan
Tinggalkan jejak sobat di sini